JAKARTA, Harnasnews – Sejumlah lembaga survei merilis bahwa pasangan capres/cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka pada posisi puncak survei, mengungguli pasangan lainnya yakni Ganjar Pranowo-Mahfud MD dan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
Kendati demikian, fenomena hasil survei yang mengunggulkan Prabowo-Gibran tidak bisa menjamin pasangan capres/cawapres tersebut memenangi pilpres 2024 mendatang.
“Kita belajar dari 10 tahun lalu, di mana perang lembaga survei mengunggulkan Prabowo, saat penghitungan suara ternyata hasilnya tidak sesuai dengan hasil survei. Jadi, kita patut pertanyakan soal integritas lembaga-lembaga survei tersebut,” kata direktur eksekutif ETOS Indonesia Institute Iskandarsyah dalam wawancaranya kepada HINews, Selasa (12/12/2023).
Iskandar mengungkapkan, jika flashback di tahun 2014 dan 2019, bahwa sejumlah lembaga survei mengunggulkan Prabowo Subianto, namun faktanya di babak akhir hasilnya zonk semuanya.
Lalu publik bertanya kembali apakah ini bisa dipertanggung jawabkan secara akademis?, atau asumsi-asumsi terburuknya adanya pesanan survei guna menggiring opini masyarakat yang ternyata tetap tidak efektif.
“Survei kan sifatnya subjektif, objektif bagi yang diuntungkan. Sebab survei tak bisa digugat. Kalau tak sepakat silahkan buat survei tandingan, kurang lebihnya seperti itu,” kata Iskandar.
Pihaknya juga mengaku sulit untuk mempercayai hasil survei yang bisa dipertanggungjawabkan secara akademis, hal itu lantaran ulah beberapa lembaga survei yang tidak sesuai dengan fakta di lapangan.
“Jadi dalam konstelasi politik, survei memang diperlukan, namun jangan terlalu semangat bohongnya, apalagi menggiring opini yang dapat membohongi publik,” ucap Iskandar.
Oleh karenanya, selama ini kata Iskandar, ETOS tidak tertarik membuat survei capres/cawapres. Ia lebih tertarik melakukan survei calon legislatif dan partai-partai yang diprediksi lolos Parliamentary Threshold (PT).
Sementara kata Iskandar, untuk survei capres/cawapres 2024 sudah banyak lembaga survei, meski ada beberapa lembaga survei yang dinilai kurang objektif dalam menyajikan datanya.
Lebih lanjut kata Iskandar, publik tentu bisa menilai mana lembaga survei yang objektif dan mana lembaga survei yang disinyalir menampilkan data hasil pesanan. Bahkan lucunya lagi ada lembaga survei baru yang membuat survei bahwa pasangan Prabowo-Gibran manang satu putaran.
“Ada lembaga survei yang yang merilis pasangan Prabowo-Gibran menang satu putaran dengan angka 50%. Buat saya ini terlalu memaksakan, saya berpikir bukan cuma jumping angkanya, tapi saya lebih menilai survei tersebut terlalu menjilat,” pungkasnya. (Mam)