BALI,Harnasnews.com – Orang tua dari zaman ke zaman selalu dituntut untuk terus mendidik anak mereka sesuai dengan perkembangan terkini. Bergitu juga di era informasi 4.0 yang serba mengandalkan teknologi ini, maka orang tua juga dituntut untuk selalu mempelajari teknologi agar mampu mengimbangi dan menuntun anak-anak mereka.
Demikian disampaikan Ny. Putri Koster dalam acara webminar yang diselenggarakan Wanita Hindu Dharma Indonesia (WHDI) pada Minggu (12/7), di Denpasar.
Dalam acara yang menghadirkan pembicara Prof. IBG Yudha Triguna, MS, seorang dosen dan Guru Besar Universitas Hindu Indonesia (UNHI) tersebut, pendamping orang nomor satu di Bali itu juga mengatakan jika saat ini anak-anak telah mengenal gadget saat masih dalam kandungan.
“Bayangkan saat kandungan orang tua sudah mengenalkan gajet dengan mendengarkan musik, baru lahir juga sudah kenal gajet dan beranjak besar dengan gajet,” jelasnya kepada para peserta seminar.
Sehingga menurutnya anak-anak pada masa ini sangat gampang mempelajari teknologi. Untuk mengimbangi hal itu serta mengontrol, tentu orang tua juga harus mempelajari teknologi dengan cermat.
Berikutnya, ia mengatakan selain begitu pentingnya teknologi, namun para orang tua juga tidak boleh melupakan disiplin dan etika sebagai pondasi yang kuat karakter anak. “Karena bagaimanapun pentingnya teknologi, jika si anak tidak bisa bijaksana menggunakannya, maka akan berbahaya. Etika itulah akar dari kehidupan anak-anak kita, dan sebagai orang tua kita harus merawat akar tersebut,” tuturnya.
Lebih lanjut, Ny. Putri Koster juga mengharapkan agar para orang tua menjadikan anak-anak sebagai teman, dan mengkomunikasikan segala hal dengan komunikasi dua arah secara logis.
“Ini bukan saatnya kita mengajarkan anak-anak dengan ancaman atau tahayul-tahayul, mereka sudah pintar, dan menurut perkembangan zaman segala hal harus ada penjelasan logisnya,” terangnya.
Akan tetapi, meskipun saat ini perkembangan teknologi begitu pesat, namun tidak boleh melupakan akar budaya sebagai orang Bali. Dia menjabarkan bahwa hal tersebut bisa dimulai dengan hal-hal kecil seperti istilah khas masyarakat Bali.
“Kita bisa sebut ninik, biyang, pekak dan lain-lain. Tidak perlu mengadopsi istilah luar,” sebutnya.
Bahkan hal tersebut telah menjadi konsen Gubernur Koster dalam melestarikan adat dengan menerbitkan Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 79 Tahun 2018 tentang Hari Penggunaan Busana Adat Bali dan Pergub Nomor 80 Tahun 2018 tentang Pelindungan dan Penggunaan Bahasa, Aksara, dan Sastra Bali.
Ny. Putri Koster juga mengajak para orang tua milenial untuk selalu mengajarkan kepercayaan diri dalam artian positif kepada anak-anaknya. “Jangan sampai ada kata-kata yang menghilangkan kepercayaan diri anak-anak, seperti kamu bodoh atau kamu tidak bisa. Terus kembangkan bakat dan kepercayaan diri mereka,” ujarnya mengingatkan.
Karena ia meyakini, jika sudah ada kepercayaan diri dari keluarga, maka anak-anak akan mempunyai kepercayaan diri dalam pergaulan dan mengaplikasikan nilai-nilai agama lebih baik lagi.
Sementara Prof IBG Yudha Triguna, MS sepakat dengan Ny. Putri Koster bahwa dalam mendidik anak di era milenial ini memang perlu pendekatan secara logis serta komunikasi dua arah.
Di samping itu ia juga menekankan bahwa orang tua milenial harus mengajarkan anak-anaknya untuk berpikir kritis serta bisa mencari solusi akan setiap permasalahan yang dihadapi.
“Anak-anak sekarang harus diajarkan untuk selalu berpikir kritis dan menangkap peluang yang ada di sekitarnya,” imbuhnya.
Dalam hal mengajar di rumah, pada era ini menurutnya orang tua sudah harus meninggalkan sistem lama. Orang tua harus mampu ciptakan kondisi yang dinamis dan strategis dalam mengkomunikasikan segala hal dengan anak-anak. “Jangan selalu posisikan orang tua di atas dalam mengajar anak anak. Sejatinya kita bisa sejajar dan mempelajari suatu hal bersama,” ujarnya.
Orang tua juga diharapkan bisa mengajarkan untuk menata keperluan anak sejak dini serta pupuk sikap pemimpin. Karena kelak kedua hal tersebut akan diperlukan dalam lingkungannya.(VIDI)