Para Kontestan Diminta Turunkan Suhu Politik
Kedua, saling membela. Walaupun ini tampak sulit, jika ada kemauan pasti bisa diwujudkan. Ketika salah satu Paslon Pilpres diserang atau dirugikan oleh wacana hoax, ujaran kebencian, provokatif, eksploitasi politik identitas dan sejenisnya, maka paslon lain, yang boleh jadi diuntungkan dari wacana tersebut, maju ke depan membela paslon yang dirugikan, sembari mengatakan.
“Kami tidak mau menang di tengah munculnya politik hoax, ujaran kebencian, provokatif, eksploitasi politik identitas dan sejenisnya”. Demikian sebaliknya.
“Bila saling membela dilakukan antara masing-masing Paslon Pilpres kita, saya pastikan bahwa hoax, ujaran kebencian, provokatif, eksploitasi politik identitas akan layu sebelum berkembang,” ucap Direktur Eksekutif Lembaga EmrusCorner ini.
Sebaliknya, jika upaya saling membela dikesampingkan demi semata-mata memperoleh kemenangan dalam kontestasi Pilpres yang sedang berlangsung sekarang ini, amat sulit meredam hoax, ujaran kebencian, provokatif, eksploitasi politik identitas dan sejenisnya, tentu dengan segala konsekuensi yang menyertainya. Kampanye damai bisa sulit terwujud.
Untuk itu, tindakan saling membela sejatinya dilakukan secara massif. Tidak boleh ada secuilpun pembiaran terhadap perilaku yang mengganggu keberadaban kampanye Pilpres yang sedang berlansung hingga pasca penetapan pemenang Pilpres tahun depan.
Ketiga, melakukan pertemuan silaturahmi antar kedua Paslon Pilpres sekali sebulan. Pertemua ini dilakukan di beberapa tempat secara bergantian di seluruh wilayah Indonesia. Setting acara bisa saja bermusik dan bernyanyi bersama serta berseda gurau antar kedua Paslon Pilpres, yang juga dihadiri oleh semua lapisan masyarakat. Acara ini harus steril dari perbincangan politik dan saling menyindir.
Lebih menarik lagi bila penyelenggaranya dari perkumpulan masyarakat biasa, yang juga steril dari kepentingan politik praktis seperti perkumpulan pengamen, pemulung, nelayan tradisional, petani penggarap, pedagang asongan, dan sebagainya.
“Jika ide ini dirancang secara kreatif, menarik dengan nuansa budaya lokal setempat tanpa meninggalkan nilai kesederhanaan, maka acara ini pasti mengandung nilai berita menarik untuk diliput oleh berbagai media massa nasional dan bahkan media massa internasional,” beber dia.
Lanjutannya, berita tesebut dalam bentuk narasi, audio, audio video pasti bertebaran di sosial media, yang setiap saat bisa diakses oleh masyarakat.
“Bayangan saya, bila acara ini terwujud, Bapak Joko Widodo bermusik, Bapak Prabowo Subianto bersama masyarakat bernyanyi “Tanah Airku Tidak Kulupakan”. Pada saat itu, saya yakin, kita larut dalam kebersamaan kebangsaan Indonesia Raya,” pungkasnya. (Edr)