Pasca Pandemi, AQUA Keboncandi Berupaya Bangkitkan Semangat Usaha Batik
Berita
PASURUAN, Harnasnews – KUB Batik Bina Lestari yang didampingi oleh Ketua PKK Desa Mendalan melakukan studi banding tentang pengelolaan usaha bidang industri kerajinan batik di Kampung Batik Laweyan Surakarta.
Kegiatan ini bagian dari penguatan kapasitas KUB Bina Lestari Desa Mendalan dalam program Local Economic Development yang diinisiasi PT Tirta Investama (AQUA Keboncandi) bermitra dengan Yayasan Sosial Investment Indonesia.
Kampung Batik Laweyan sudah dikenal sebagai pusat industri kerajinan batik yang memiliki peran penting dalam perkembangan batik di Surakarta. Dan itu semenjak tahun 2004 Kampung Batik Laweyan diperkenalkan sebagai kawasan pusat industri batik dan cagar budaya yang dikembangkan dengan konsep kepariwisataan melalui pembangunan yang ramah lingkungan dan berkesinambungan yang sekaligus menjadi visi dari Forum Pengembangan Kampung Batik Laweyan.
Widhiarso sebagai perwakilan dari FPKBL menyampaikan bahwa “industri batik tidak hanya sekedar sebuah sumber perekonomian bagi warga di Laweyan, tetapi juga ada nilai-nilai sejarah yang melekat sebagai tradisi yang turun-temurun selama ratusan tahun,” jelasnya.
Rombongan yang dipimpin oleh Ketua PKK Desa Mendalan, Ma’rufah ini mengunjungi beberapa rumah produksi kerajinan batik, tidak hanya batik yang diproses secara konvensional, tetapi melihat proses produksi batik dengan bantuan teknologi mesin. Ketua PKK Desa Mendalan sangat terkesan dengan proses pembuatan batik di Laweyan.
“Ada yang pengerjaannya cepat, tapi ada yang membutuhkan waktu berhari-hari untuk menghasilkan satu lembar kain batik. Kita harus responsif terhadap kebutuhan dan permintaan pasar, dan ini bisa menjadi contoh bagi perkembangan batik Bina Lestari,” ujar Ma’rufah.
Ketua KUB Batik Bina Lestari Fitriyah menyampaikan bahwa terkadang masyarakat kurang cukup menghargai proses dari pembuatan batik. Dirinya seringkali masih mendapati pembeli yang menganggap harga batik masih sangat mahal.
“Batik tulis harganya relatif mahal karena proses pengerjaannya membutuhkan waktu cukup lama. Batik cap bisa jadi solusi untuk mempercepat proses pengerjaan sehingga harganya bisa lebih murah,” kata Ketua KUB Batik Bina Lestari.
Bukan hanya karena nilai ekonominya, industri batik sering menjadi perhatian masyarakat sebagai salah satu pencemar lingkungan karena bahan-bahan kimia yang digunakan, oleh karena itu Widhiarso menekankan bahwa setiap pengrajin ataupun pengusaha kerajinan batik harus menerapkan produksi yang ramah lingkungan.
Diketahui IPAL (Instalasi Pengolahan Air Limbah) menjadi prioritas pada saat memulai usaha kerajinan batik, Kampung Batik Laweyan sudah mengaplikasikan pembuatan IPAL komunal yang menghubungkan tempat-tempat produksi batik, melakukan treatment untuk mengubah kualitas air limbah, dan rutin melakukan uji kualitas air untuk menjamin bahwa air sudah aman dan tidak mencemari lingkungan.
Musmin Nuryandi dari Yayasan Social Investment Indonesia selaku mitra pendamping program menyampaikan bahwa saat ini produk ramah lingkungan menjadi trend positif dan juga harus menjadi perhatian KUB Bina Lestari ke depan.
“Pengenalan IPAL ini bagian dari edukasi, kami terus berusaha memberikan pemahaman konsep bisnis yang berkelanjutan kepada KUB Bina Lestari. Tidak hanya nilai ekonomi saja yang terus diupayakan, tetapi bagaimana produk yang dihasilkan minimal tidak merugikan lingkungan kita,” terang Musmin.
Keberhasilan pengelolaan Kampung Batik Laweyan sudah menjadi contoh bagi banyak pihak, di akhir sesi Widhiarso menyampaikan kunci utama dalam industry kerajinan batik adalah kolaborasi.
“Masing-masing pengusaha kerajinan batik tidak bisa bekerja sendirian, mereka membutuhkan kerjasama dan koneksi antar pengusaha. Kalaupun ada yang bisa sendiri, biasanya tidak akan bertahan lama,” tambahnya.
Selain kolaborasi, pentingnya dukungan dari berbagai pihak khususnya pemerintah daerah melalui regulasi yang mendukung para pelaku industri kerajinan batik agar dapat terus bertahan dan berkembang di tengah semakin pesatnya persaingan global dalam industri fashion. Juga dukungan terhadap berkembangnya klaster-klaster supply chain yang dapat meningkatkan efesiensi dan efektivitas produksi kerajinan batik.
Sebagai tambahan pengetahuan, KUB Bina Lestari juga mengunjungi Museum Batik Danar Hadi yang terletak di pusat Kota Solo. Supaya peserta juga mendapat pengetahuan-pengetahuan baru tentang makna atau kisah dari sebuah motif batik, misalnya motif batik yang sebaiknya digunakan pada saat momen berduka ataupun batik yang digunakan saat bersuka cita.
Hari Wicaksono SR Manager AQUA Keboncandi menyampaikan, Aqua Keboncandi dalam menjalankan kinerja lingkungan program pemberdayaan masyarakat selalu berupaya mempertahankan budaya dan kearifan lokal sebagai faktor sukses.
“Kami (AQUA Keboncandi) memberikan perhatian penting dalam pola kerjasama kemitraan yang bersifat “Pentahelix” melalui strategi pemberdayaan masyarakat sebagai pilar utama sustainability program coorporate social responsibilty (CSR),” tutup SR Manager AQUA Keboncandi.(Hid)