Pemerintah Bertekad Lindungi Pasar Industri Baja Domestik

Kemenperin pun mendorong percepatan pembangunan klaster industri baja, misalnya di Cilegon, Banten yang ditargetkan dapat memproduksi hingga 10 juta ton baja pada tahun 2025. Selain itu, klaster industri baja di Batulicin, Kalimantan Selatan dan Morowali, Sulawesi Tengah.

Dalam upaya mendongkrak daya saing industri baja dalam negeri, Kemenperin telah menyusun strategi, antara lain implementasi revolusi industri 4.0 di sektor industri baja untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas. “Diharapkan, pengembangan industri 4.0 ini menjadi kunci untuk mendorong industri bernilai tambah tinggi dan industri hilir berteknologi tinggi menjadi pemain kompetitif di tingkat global,” jelas Menperin.

Selanjutnya, melaksanakan program pendidikan dan pelatihan vokasi yang link and match dengan industri untuk menghasilkan tenaga kerja yang kompeten. “Di tahun 2018, kami menargetkan dapat menciptakan 300 ribu tenaga kerja terampil, dengan menggandeng sebanyak 558 perusahaan dan 1.500 SMK,” ungkap Airlangga.

Kebijakan lainnya adalah implementasi mengenai tingkat komponen dalam negeri (TKDN) pada proyek infrastruktur di Tanah Air. “Konsumen utama produk baja adalah sektor infrastruktur dan konstruksi, yang mencapai 80 persen dari total permintaan domestik, atau setara dengan 9,6 juta ton per tahun,” ujar Menperin.

Selain fokus pada implementasi TDKN untuk meningkatkan penggunaan produk industri dalam negeri, Kemenperin juga menerapkan SNI untuk produk baja. “Saat ini, terdapat 28 SNI wajib untuk produk baja agar meningkatkan kualitas dan keamanan di industri baja dalam negeri,” imbuhnya.

Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. Mas Wigrantoro Roes Setiyadi yang juga sebagai Ketua Umum Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (The Indonesian Iron and Steel Industries Association/IISIA) menyampaikan, masih besar peluang bagi industri baja di Indonesia untuk mengembangkan bisnisnya.

“Data terakhir SEAISI menunjukkan peningkatan konsumsi baja yang signifikan, dari 12,67 juta ton di 2016 menjadi 13,59 juta ton pada 2017,” ungkapnya. Namun demikian, industri baja nasional masih membutuhkan solusi jangka panjang untuk menyeimbangkan kemampuan sektor hulu dan hilir agar semakin terintegrasi.

“Untuk itu, melalui event SEAISI Conference and Exhibition ini, kami berharap dapat terjalin kemitraan bisnis yang lebih baik dengan adanya kesepakatan transaksi bisnis, saling berbagi informasi aktual dalam menjawab tantangan isu di sektor industri baja, baik di Indonesia maupun di tingkat regional dalam menciptakan pasar yang stabil,” paparnya.(Red/Dar)

Leave A Reply

Your email address will not be published.