Pendukung Anies di Karawang Ogah Pilih Calon Bupati Yang Diusung PKS

KARAWANG, Harnasnews – Setelah Partai Keadilan Sejahtera (PKS) gagal mengusung mantan gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan maju sebagai calon gubernur, loyalisnya di Kabupaten Karawang dipastikan tidak akan memilih calon kepala daerah (cakada) yang diusung maupun didukung PKS.

Sejumlah mantan relawan pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar pada pilpres 2024 yang ada di Kabupaten Karawang mengaku kecewa atas sikap PKS yang dinilai tidak mencerminkan sebagai partai religius.

Asep Suharman Natsir, salah satu mantan Relawan Anies-Muhaimin menegaskan, bahwa meski dirinya pernah satu barisan bersama relawan dari PKS pada Pilpres lalu, namun pada Pilkada Karawang ia pastikan tidak akan memilih ataupun menggerakkan massanya untuk mendukung kader PKS yang maju sebagai calon kepala daerah di Karawang.

“PKS sudah bukan lagi partai dakwah, justru kami menilainya PKS sudah seperti partai sekuler lainnya. Adapun mengklaim partai dakwah itu hanya cara-cara licik PKS hanya untuk menggaet suara umat islam saja, namun ketika tujuannya tercapai maka umat atau loyalisnya ditinggal. Begitulah sikap partai ini,” ungkap Asep kepada wartawan, Jumat (1/112024).

Asep juga menilai PKS selama ini memposisikan diri sebagai partai yang eksklusif dan lebih mengutamakan kepentingan kelompok dan golongannya.

“Dan setelah sudah besar ternyata PKS lupa diri. Padahal, besarnya partai tersebut karena peran simpatisan yang merupakan kelompok nonpartai yang selama ini bekerja tanpa adanya garis komando dari struktur partai. Rupanya partai in terlalu percaya diri,” ujarnya.

Dia pun memastikan bahwa simpatisan PKS di Kabupaten Karawang saat ini lebih memilih calon kepala daerah yang tidak menjual agama untuk kepentingan politik.

Pihaknya juga mengaku telah berkomunikasi dengan sejumlah relawan yang saat itu mendukung Anies Baswedan pada pilpres lalu, kemudian menyepakati tidak akan memilih calon kepala daerah yang diusung oleh PKS.

“Mungkin pada pilkada Karawang kali ini akan memilih pasangan yang tidak menjual agama, ataupun lebih mengambil sikap golput,” tandasnya.

Dia mencontohkan, sejak berdirinya hingga proses politik pilkada Jakarta, tampak terlihat bahwa sekitar 25 tahun, PKS berusaha setia dan bersama umat.

Namun pada Pilkada 2024 ini partai yang kerap digadang-gadang sebagai partai religius ini malah mengkhianati pendukungnya.

“Dan jangan sampai kekecewaan yang pernah dialami oleh masyarakat Jakarta juga dialami juga oleh orang Karawang lantaran mendukung kader PKS. Jadi cukup kami-kami ini sudah khatam dengan gaya dan manuver PKS,” ungkapnya.

Sebab, PKS merupakan partai yang kerap menjadikan umat Islam sebagai komoditas politik. Celakanya lagi, jika syahwat politik politisi PKS itu sudah tercapai maka umat yang mendukungnya ditinggikan.

PKS Bukan Lagi Partai Yang Perjuangkan Kepentingan Umat Islam

Sementara itu, pengamat politik dari Etos Indonesia Institute, Iskandarsyah menilai PKS saat ini sesungguhnya bukan partai Islam. Sebab semua partai berlaku prinsip “how to get what”. Persis yang disampaikan John Dalberg Acton.

Menurut teoritis yang lebih dikenal Lord Acton ini, dalam mengarungi politik memang hanya bertujuan satu, yakni menggapai kekuasaan. Caranya bisa mandiri, ataupun berkomplot.

“Di sanalah kita menyaksikan detik-detik akhir PKS, yang akhirnya lebih menerjemahkan partai politik memang harus pragmatis. Sayonara idealisme, desahnya dalam hati. Sungguh melecehkan umat. Tapi, itulah PKS kini yang memang telah berubah,” jelas Iskandar.

Untuk guna menampik tudingan miris itu, PKS perlu bersikap gentle, yakni harus menanggalkan diri sebagai partai Islam.

“Seharusnya PKS nyatakan kepada publik secara meluas bahwa PKS kini sama dengan partai-partai sekuler lainnya. Tak lagi sebagai partai dakwah. Tidak membingungkan umat. Agar umat tidak terjebak dalam pengkhianatan atau eksploitasi itu,” pungkasnya.

Leave A Reply

Your email address will not be published.