JAKARTA, Harnasnews – Peneliti Bidang Legislasi Forum Masyarakat Peduli Parlemen Indonesia (Formappi) Lucius Karus menilai kenaikan jumlah suara Partai Solidaritas Indonesia (PSI) merupakan hal yang wajar lantaran juga terjadi pada partai lain.
“Anggapan ini muncul karena hanya pada lonjakan suara PSI tudingan manipulasi muncul, sedangkan pada parpol lain yang juga mengalami kenaikan suara dianggap biasa saja,” kata Lucius Karus dalam keterangan pers di Jakarta, Selasa.
Lucius mencontohkan beberapa partai yang mengalami kenaikan jumlah suara jika dibandingkan antara hitung cepat indikator dan versi resmi dari KPU. Misalnya PKB, dalam quick count Indikator hanya mendapatkan 10,49 persen, real count KPU sementara sudah mengantongi 11,54 persen.
Selain itu, Lucius juga menyoroti lonjakan suara yang dialami Partai Gelora. Dalam hitung cepat Indikator, Partai Gelora hanya mendapatkan 0,93 persen.
Jumlah tersebut berbeda dengan versi hasil hitung cepat KPU yang menyatakan partai yang digawangi Anis Mata dan Fahri Hamzah ini mendapatkan jumlah suara 1,49 persen.
Saat ini PSI hitung cepat Indikator memperoleh 2,81 persen dan perolehan suara sementara versi KPU mencapai 3,13 persen.
Ia menduga kritik akan naiknya suara PSI bukan berlandaskan perolehan suara yang melambung tinggi, melainkan karena faktor lain.
“Saya menduga posisi PSI yang belakangan dianggap sebagai ‘Partai Jokowi’ menjadi sumber kemunculan kritikan atas PSI pada Pemilu 2024, termasuk dalam hal perolehan suara mereka,” kata dia, dilansir dari antara.