Pengamat Ekonomi: Jelang Pemilu 2024, Pemerintah Harus Ekstra Jamin Ketersediaan Bahan Pokok
JAKARTA, Harnasnews.com – Perhelatan pemilu 2024 sudah di ambang mata. Berbagai persiapan dilakukan oleh pemerintah untuk menyambut momen 5 tahunan itu.
Stok pangan jelang pemilu 2024 mendatang itu memang kurang memadai. Untuk itu pemerintah harus ekstra dalam ketersediaan bahan pokok, terutama beras.
“Ketersediaannya tipis dan sepertinya memang ada upaya untuk menahan persetujuan impor, ini domainnya ada kementrian perdagangan,”Ujar Pengamat Ekonomi Khudori kepada media pada Rabu (01/11/23).
Dikatakan Khudori bahwa Ombudsman sudah membunyikan peluitnya, memberi warning kepada kementerian perdagangan untuk membenahi ini.
“Kalau ini sudah dibenahi mudah-mudahan ketiga komoditas itu akan ada penurunan, paling tidak itu harganya tetap stabil,” katanya
Diketahui bahwa awal tahun depan itu ada beberapa momentum, pelaksanaan di bulan ke bulan itu yang diikuti oleh kenaikan konsumsi 14 Februari 2024 itu ada Pilpres.
“Yang Pilpres akan ada rangkaian kampanye, dan dikampanye itu pasti itu logistik dan kita tahu caleg parpol itu biasanya bagi-bagi sembako yang itu pasti akan berdampak kepada permintaan konsumsi terutama beras,” ungkap Khudori
Lalu di Maret ada Ramadhan, April ada Idul Fitri jadi ada rangkaian aktifitas, rangkaian momentum yang itu diikuti oleh kenaikan konsumsi, kalau pemerintah tidak punya stok yang memadai itu akan potensial untuk menjadi masalah.
Sebetulnya kalau kita hitung, Kata Khudori, dari ketersediaan pangan yang dari dari 2 indikator dari ketersediaan energi ketersediaan kalori dan kalori itu cukup melimpah, tapi yang melimpah ini kan tidak terbagi merata kepada setiap konsumen karena mereka kalau tidak punya daya beli.
“Makanya meskipun pangan tersedia melimpah masih ada saudara kita yang kurang gizi stunting dan seterusnya,” tukasnya.
Namun, meskipun melimpah kalau pemerintah tidak bisa mengendalikan harga dan tidak memastikan pasokan itu juga akan jadi masalah.
Masalah terutama dari komponen sekian banyak pangan yang menyumbang kalori dan protein tadi ada beberapa komponen pangan yang kita impor yang masih sangat besar sampai hari ini belum bisa ditekan pada gandum, kedelai dan ada berapa seperti gula, jagung daging sapi dan seterusnya.
“Kalau pelaksanaan impor tidak mulus seperti yang terjadi pada bawang putih, dan sekarang ada kebijakan pembatasan di gula maupun komoditas beras ini untuk butuh ekstra memastikan bahwa kita punya stok yang memadai dan pemerintah memastikan harganya stabil supaya daya beli masyarakat terjaga,” pungkasnya. (Mam)