Penggunaan Anggarannya Perlu Diawasi Ketat, Bimtek dan OL Dinilai Penting bagi Geuchik

“Memang kita mengakui bahwa setiap daerah itu memiliki kearifan tersendiri di masyarakatnya. Akan tetapi paling tidak ada hal-hal yang dianggap sama antara satu dengan daerah lainnya dari segi kebutuhan masyarakat secara umum yang bisa diterapkan,” ungkapnya.

Terkait dengan adanya sejumlah Geuchik yang melakukan Bimtek dan OL di luar daerah,  Zulkifli mengakui bahwa dirinya sering mendengar keluhan masyarakat, lantaran terkesan pemborosan karena menggunakan anggaran desa. Namun demikian, kata dia, masyarakat juga banyak yang mendukung terutama di kalangan orang-orang terdidik.

Karena para Geuchik itu perlu banyak pengetahuan untuk menjawab tantangan dan persoalan-persoalan yang ada di masyarakat. Sehingga diharapkan ilmu yang diperoleh dari Bimtek di luar daerah setidaknya dapat menjadi pengalaman baru atau sekedar pembanding jika terdapat masalah-masalah yang sama timbul di lingkungan pemerintah desa.

Terlebih lagi, lanjut Zulkifli,  hasil dari bimtek ini dapat melahirkan suatu inovasi baru bagi kemajuan teknologi, sosial,  ekonomi dan budaya bagi masyarakat.

Oleh karena itu diperlukan pengawasan dan evaluasi dari pemerintah terhadap kegiatan dan output dari bimtek itu sendiri supaya hasil dari kegiatan ini benar-benar memberikan dampak yang positif bagi perkembangan pembangunan kedepan dan bukan terkesan sekedar untuk menghabiskan anggaran pemerintah.

Menanggapi besaran anggaran yang fantastis sehingga banyak Gechik harus mengembalikan uang ke kas negara karena dianggap hal itu bisa menjadi temuan Inspektorat, Zulkifli menjelaskan,   biasanya setiap program dipastikan sudah perencanaan awal, karna tahapan dari anggaran desa itu dimulai di Musrembang.

“Jadi masalah kelebihan bayar maupun kekurangan bayar berarti masuk di ranah Inspektorat. Hal itu terjadi karena kurangnya evaluasi dan pengawasan oleh pemerintah. Sebab persoalan itu telah diatur  dalam Undang-Ungdang Desa Pasal 115 huruf E,” pungkasnya.  (Zulmalik)