JAKARTA , Harnasnews.com – Sejak penundaan musyawarah daerah (Musda) ke-V dewan pimpinan daerah (DPD) Partai Golkar Kota Bekasi, terjadi trending topik politik lokal di media massa dalam dua bulan terakhir ini. Dalam kalkulasi politik kecenderungannya lebih banyak merugikan partai politik tersebut.
Sebab, selama menunggu perhelatan Musda terjadi polemik yang tidak hanya beraroma persaingan antarkandidat calon Ketua DPD Golkar Kota Bekasi, namun justru dijadikan arena permainan politik yang seakan bola liar yang dilakukan oleh kadernya sendiri.
Pengamat politik Universitas Djuanda, Gotfridus Goris Seran, mengungkapkan rivalitas sesama kader tanpa disadri telah dimanfaatkan oleh elemen kekuatan eksternal. Boleh jadi bakal menghadang kemajuan Golkar pada pemilihan umum 2024 yang akan datang.
Menurut dosen pascasarjana ini, isu seksi mengenai soal polemik aset Gedung Golkar sengaja didigulirkan di ruang publik. Kendati persoalan Gedung Golkar tersebut, berdasarkan pernyataan mantan Ketua DPD Golkar Kota Bekasi Rahmat Effendi sudah clear, ketika ditandai dengan dibangunnya Gedung Golkar yang baru.
“Meskipun masih ada pihak yang mencoba menganulir kepemilikan lahan baru yang dijadikan bangunan Gedung Golkar tersebut namun dari aspek legilitas kurang beralasan. Karena itu, kami berpendapat bahwa semakin lama penundaan Musda akan membawa implikasi politik yang tidak sehat terutama di internal partai Golkar itu sendiri,” ungkap Goris kepada wartawan di Jakarta, Selas (6/10/2020).