Peringati Hari Air Sedunia, KKP ajak Masyarakat Lestarikan Pesisir
JAKARTA,Harnasnews.Com – Hari Air Sedunia (World Water Day) adalah hari yang diperingati sebagai usaha untuk menarik atensi publik masyarakat sedunia (internasional) mengenai pentingnya air bersih bagi kehidupan dan usaha advokasi untuk melindungi sumber daya air bersih secara berkelanjutan. Ini adalah hari untuk membuat perbedaan bagi anggota populasi global yang mengalami masalah terkait air, dan merupakan hari untuk mempersiapkan bagaimana kita mengelola air di masa depan. Demikian di sampaikan oleh Direktur Pendayagunaan Pesisir dan Pulau-pulau Kecil, Balok Budiyanto yang mewakili Direktur Jenderal Pengelolaan Ruang Laut pada acara World Water Day di Dermaga Utara Pelabuhan Perikanan Samudera Nizam Zachman Jakarta, (23/3).
Permasalahan air bersih berasal dari akses sumber air bersih yang semakin sulit. Perilaku masyarakat yang buruk juga menjadi salah satu faktor dimana menyebabkan sumber air di Indonesia menjadi sesuatu yang hal sulit untuk didapatkan. Kebiasaan boros menggunakan air, dan sikap tidak peduli pada tumbuh-tumbuhan yang berperan penting pada eksistensi sumber air bersih. Abrasi di pesisir merupakan salah satu penyebab sulitnya air bersih di wlayah pesisir. Abrasi memungkinkan air asin merembes mencampuri sumber air bersih.
Balok menambahkan salah satu penyebab tercemarnya air bersih di wilayah pesisir adalah membuang sampah sembarangan sehingga sumber air bersih tercemar. Sampah-sampah ini terbagi menjadi sampah yang di daratan maupun yang masuk ke laut. Dimana salah satu peran KKP adalah bagaimana membangun kesadaran masyarakat akan dampak sampah yang masuk ke laut.
Pada bagian acara World Water Day yaitu Beach Clean Up dan Penanaman Mangrove, KKP berpastisipasi dengan melaksanakan Gerakan Bersih Pantai dan Laut (GBPL) dan menyumbang 500 batang bibit mangrove. Dengan menanam bibit mangrove ini diharapkan dapat mengatasi buruknya ekosistem di wilayah pesisir. Mangrove merupakan jenis tanaman dengan sistem perakaran yang kompleks, rapat, dan lebat, sehingga dapat memerangkap sisa-sisa bahan organik dan endapan yang terbawa air laut dari bagian daratan. Proses itu juga menyebabkan air laut terjaga kebersihannya dan dengan demikian memelihara kehidupan padang lamun (seagrass) dan terumbu karang. Mangrove juga dapat membentuk daratan karena endapan dan tanah yang ditahannya sehingga menumbuhkan perkembangan garis pantai dari waktu ke waktu. Pertumbuhan mangrove memperluas batas pantai dan memberikan kesempatan bagi tumbuhan terestrial hidup dan berkembang di wilayah daratan, tuturnya.
Gerakan Bersih Pantai dan Laut merupakan bagian dari Gerakan Cinta Laut (Gita Laut), yang bertujuan untuk mengembangkan rasa memiliki dan kepedulian untuk menjaga kelestarian laut, menumbuhkan kecintaan pada budaya bahari sebagai jati diri bangsa maritim, dan untuk meningkatkan pemahaman masyarakat dalam pengendalian sampah khususnya sampah plastik yang masuk ke laut dan mengenalkan upaya-upaya penanggulangan dan pengendalian sampah untuk nantinya dapat3 diadopsi oleh masyarakat.
Sampah yang masuk ke laut umumnya mengandung banyak plastik dan logam yang mengalami proses pelapukan dan penguraian yang cukup lama yaitu 5 – 400 tahun. Waktu dekomposisi puntung rokok adalah 5 tahun, kantong plastic 10 – 20 tahun, cangkir plastik 50 tahun, dan bahkan pampers/diapers mengalami dekomposisi selama 400 tahun. Berdasarkan laporan dari Jambeck et.al, 2015, bahwa marine debris yang didominasi oleh sampah plastik di Indonesia diperkirakan menduduki nomor 2 di dunia yaitu sekitar 1,29 juta metrik ton/tahun setelah China sebesar 3,53 juta metrik ton/tahun. Akumulasi dari sampah plastik di perairan pesisir dan laut Indonesia telah mengalami proses pelapukan dan terurai menjadi micro-plastic. Micro-plastic ini dimakan ikan kecil dan ikan sedang serta predator, selanjutnya ikan yang memakan micro-plastic ini masuk ke dalam makanan (food chain).
Di sisi lain, marine debris ini menimbulkan kerusakan terhadap ekosistem pesisir, yang menghambat pertumbuhan mangrove, menutup polip terumbu karang sehingga merusak pertumbuhan ekosistem karang, mengganggu pertumbuhan lamun, dan menutupi organisme dasar laut lainnya. Plastik dan sisa jaring alat penangkap ikan (ghost net) yang membuat biota laut makan plastik atau terjerat jaring plastik seperti penyu, dugong, hiu, lumba-lumba, pari manta, dan lain sebagainya. Marine debris juga mengotori pantai sehingga mengganggu pemandangan dan kegiatan wisata bahari dan penyelaman.
Mengingat pencemaran laut sebagian besar disebabkan oleh ulah manusia, maka diperlukan upaya bersama seluruh masyarakat dan pemangku kepentingan ditingkat pusat dan daerah untuk melakukan pengendaliannya. Upaya bersama menyelamatkan potensi pesisir dan laut dari ancaman pencemaran terutama sampah plastik harus dilakukan secara terus menerus dan berkelanjutan. Ditjen Pengelolaan Ruang Laut, Kementerian Kelautan dan Perikanan, melakukan langkah-langkah strategis untuk mengurangi sampah yang masuk ke laut khususnya sampah plastik. Langkah ini menjadi bagian integral Rencana Aksi Nasional Pengelolaan Sampah Plastik di Laut.
RAN Pengelolaan Sampah Plastik di Laut terdiri dari 4 strategi, 58 rencana aksi selama periode 2017 – 2025 dan melibatkan 16 Kementerian/Lembaga. Strategi Pertama adalah peningkatan kesadaran para pemangku kepentingan; Strategi Kedua adalah pengelolaan sampah plastik terrestrial; Strategu ketiga adalah pengelolaan sampah plastik di pesisir dan di laut ; dan strategi keempat adalah mekanisme pendanaan, penguatan kelembagaan, penegakan hukum, serta penelitian dan pengembangan.
Kegiatan Gita Laut ini juga merupakan rangkaian kegiatan dalam upaya memenuhi aksi sebagai komitmen Indonesia di perhelatan Our Ocean Conference 2018 di Bali, Indonesia, yang mengusung tema ”Our Ocean, Our Legacy”.(Red/Edar)