JAKARTA, Harnasnews – Keputusan Presiden Joko Widodo alias Jokowi untuk mendorong putra sulungnya maju pada Pilpres 2024 yakni Gibran Rakabuming Raka, kian menguatkan hubungan politik mantan Wali Kota Solo itu dengan Ketua Umum PDI-Perjuangan Megawati Soekarnoputri sudah retak.
Bahkan, dalam pidato politiknya, Presiden ke-5 itu memperlihatkan sikap amarahnya terhadap pemerintahan Jokowi yang dinilai cenderung seperti orde baru.
Sejumlah kalangan pun menilai, Jokowi tengah membuat liang lahat politik untuk dirinya. Padahal, sebelumnya Ketua Umum PDI-P itu pernah mengorbankan diri sejak kontestasi Pilpres 2014 hingga 2019 untuk mengusung Jokowi sebagai capres hingga memenangi kontestasi pilpres dua periode.
“Padahal berdasarkan keputusan Kongres, Megawati diberikan amanat penuh untuk menentukan Capres. Saat itu bisa saja Megawati mencalonkan dirinya maju sebagai Capres, namun tiket itu beliau (Megawati) serahkan kepada Jokowi,” ujar pengamat politik Eep Saefullah Fatah yang ditayangkan di YouTube Abraham Samad Speak Up dikutip HINews, Ahad (3/12/2023).
Kemudian di tahun 2019, PDI-P juga mengusung Jokowi untuk kembali maju pada Pilpres yang berdampingan dengan Mantan Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin.
Namun di tahun 2024 ini PDI-P mengusung Mantan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo yang disandingkan dengan Mahfud MD untuk bertarung di Pilpres.
Kata Eep, jika Megawati ingin membangun politik dinasti, dan berpikir bahwa sayang anak bagian demokrasi, tentu bisa saja mengusung Puan Maharani atau Prananda Prabowo yang merupakan anak biologisnya.
“Di tahun 2024 ini padahal Ibu Megawati punya kesempatan yang sama. Padahal punya Puan Maharani dan punya Prananda Prabowo. Tapi itu tidak diberikannya. Malah tiket capres itu ia serahkan pada Ganjar. Artinya, demi kepentingan bangsa, Ibu Mega korbankan itu semua,” ujar Eep.
Sementara itu, Ketua Pemuda Mandiri Peduli Rakyat Indonesia (PMPRI) Rohimat alias Joker berpandangan, jika melihat sejarah perjalanan sejumlah tokoh politik di tubuh partai banteng moncong putih itu sangat menarik.
Menurut Joker, tidak sedikit tokoh di internal partainya yang berseberangan dengan Ketua Umum PDI-P, karier politiknya kandas di tengah jalan.
Joker mengungkapkan, jika flashback dari perjalanan politik sejumlah kader PDI-P yang pernah berseberangan dengan Megawati. Di antaranya Roy Bb Jenis, kemudian Laksamana Sukardi, hingga Eros Djarot. Perjalanan pokitiknya tidak mampu menandingi Megawati. Bahkan kandas di tengah jalan.
“Dari sejumlah tokoh yang pernah bersitegang dengan Megawati khusunya dari kalangan internal PDI-P, tidak ada yang sukses. Meski membentuk partai sendiri, namun tidak pernah masuk parlemen. Apa itu yang disebut karma politik,” kata Joker kepada HINews Ahad (13/12/2023).
Joker juga menyebut sikap Jokowi yang lebih mementingkan kepentingan politik dinastinya dan mendorong putra sulungnya Gibran Rakabuming Raka maju sebagai capres untuk mendampingi Prabowo Subianto, merupakan bagian dari sikap pembangkangan kader partai yang tidak mau patuh terhadap keputusan ketua umum PDI-P.
“Yang kita ketahui Jokowi mash jadi kader PDI-P. Padahal PDI-P sendiri mengusung Ganjar Pranowo, tapi Jokowi memilih mendorong Gibran untuk maju sebagai cawapres. Artinya Jokowi tidak mau berfatsun terhadap keputusan partai,” ungkap Joker.
Joker menduga Jokowi tengah mengamputasi perjalanan politiknya di tengah upayanya membangun politik dinasti.
“Kami menilai Jokowi bukan hanya berkhianat kepada orang yang pernah membesarkannya di kancah perpolitikan nasional, yakni Ibu Megawati, tapi juga berkhianat pada pendukungnya yang selama ini dinilai sebagai sosok yang apa adanya,” terang Joker.
Lebih lanjut, kata Joker, Jokowi dinilai tidak belajar dari perjalanan sejumlah tokoh politik yang terkena karma politik akibat tidak patuh terhadap keputusan partai.
“Namun demikian, itu merupakan keputusan Jokowi sendiri. Soal mitos adanya karma politik hanya Tuhan yang punya kuasa,” pungkas Joker. (Red)