Pilpres 2019 Diprediksi Masih Didominasi Muka Lama
JAKARTA,Harnasnews.Com – Memasuki tahun politik jelang Pemilihan Umum Legislatif (Pileg) dan Pemilihan Presiden (Pilpres), setidaknya ada dua nama kandidat calon Presiden di tahun 2019 mendatang yang tengah mengemuka. Siapa lagi kalau bukan incumbent , Joko Widodo dan rival lamanya yaitu Probowo Subiyanto.
Yang perlu dikritisi lebih jauh, apakah tak ada lagi putera-puteri terbaik di negeri yang berpenduduk lebih dari 250 juta ini?. Dan yang jauh lebih substansial adalah, bagaimana nasib Indonesia ke depan akibat tiadanya alternatif capres yang terkategori terbaik dari putera-puteri di negeri ini?
“Secara obyektif dan jika nurani kita bicara jujur, maka jelaslah ada dan terkategori cukup banyak sosok yang dinilai jauh lebih mumpuni dibanding minimal dari dua capres yang senter mengemuka itu,” ungkap pengamat politik dan kebijakan publik, Agus Wahid, dalam keterangan tertulisnya, Kamis, (1/3).
Agus.mengungkapkan, kualitas mereka yang bisa dinilai lebih mumpuni memang tampak dihadang secara sistimatis, melalui UU Politik teranyar No. 7 Tahun 2017 dan pengamanan di Mahkamah Konstitusi (MK) agar uji materi yang diajukan siapapun mental secara yuridis.
Hal itu kata dia, terjadinya rekayasa politik, sehingga prosentasi 20% sebagai prasyarat mengajukan capres tidak berubah. Akibatnya, sejumlah kandidat nasional yang dinilai sangat mumpuni itu sulit memasuki bursa kepemimpinan nasional melalui kontestasi pemilu.
“Kita bisa memahami perilaku politik tricky itu. Kondisinya bagian dari seni politik menggapai dan atau mempertahankan kekuasaan. Yang menjadi masalah serius adalah upaya penghadangannya diperkuat secara ideologis. Para penghadang itu meski berangkat dari kepentingan kekuasaan tapi sejatinya menabrak sendi-sendi ideologis,” ujarnya.
Tak bisa dipungkiri, para penghadang yang notabene yang diduga dari kelompok tertentu memang bekerja maksimal bagaimana negeri ini tidak jatuh ke tokoh-tokoh bangsa yang dapat dipastikan totally berusaha menjaga kedaulatan NKRI, yang ingin membangun keadilan ekonomi untuk bangsa ini secara lebih nyata.
“Komitmen yang pro kepentingan nasional untuk bangsanya sendiri di mata asing-aseng mamang dinilai mengganggu kepentingan para neokolonialis itu,” tandasnya. (Red)