JAKARTA, Harnasnews – Politusi NasDem Rachmat Gobel, mengingatkan masyarakat untuk waspada atas money politics, yaitu pembagian uang menjelang Hari H pencoblosan dalam pemilu. Hal itu juga dikenal sebagai serangan fajar karena dilakukan di pagi hari pada Hari H.
Melalui money politics, sang pemberi uang berharap para pemilih akan memilihnya saat pencoblosan di bilik suara. “Itu tidak boleh. Itu namanya mea-mea,” kata Gobel saat kunjungannya ke Gorontalo baru-baru ini sambil menyebutkan istilah dalam Bahasa Gorontalo untuk merah-merah, yaitu warna uang bernominal Rp100 ribu.
“Uang itu adalah duit. Dalam Bahasa Inggris itu Do It, kerjakan. Jadi harus kerja keras, bukan berharap pada pemberian orang lain. DUIT juga adalah Doa, Usaha, Iman, dan Takwa. Masyarakat Gorontalo harus kembali kepada nilai-nilai ketika kita berjuang membentuk provinsi ini. Selama 20 tahun ini kita melupakan cita-cita saat itu. Kita harus gali lagi. Kita membentuk provinsi ini untuk membangun peradaban baru. Kita harus punya nilai-nilai, punya integritas, dan punya martabat,” katanya.
Wakil Ketua DPR RI Bidang Korinbang ini menegaskan, jika masyarakat menerima money politics maka masyarakat telah menjual haknya. “Itu sama artinya merendahkan martabat kita di hadapan Tuhan. Padahal saat lahir kita diazankan di telinga kanan dan diqomatkan di telinga kiri. Kita sudah dimuliakan oleh orangtua kita,” katanya. Namun jika masyarakat menolak money politics, kata Gobel, maka masyarakat berhak menagih janji seorang politisi.
“Karena itu, setiap tahun, saya bisa lebih dari 12 kali ke Gorontalo. Bahkan bisa 17 kali. Saya mempertanggungjawabkan tugas dan kewajiban saya selaku anggota DPR. Saya menyerap dan memperjuangkan aspirasi masyarakat Gorontalo. Setiap datang, bukan sehari, tapi bisa satu minggu berkeliling menemui masyarakat,” katanya.
Gobel mengingatkan tentang peluang besar bagi Gorontalo untuk maju lebih cepat. Menurutnya, pembangunan Ibukota Negara di Kalimantan akan memiliki dampak besar bagi wilayah di sekelilingnya, termasuk Gorontalo. “Visi Bapak Presiden Jokowi ini harus ditangkap sebagai peluang besar untuk melakukan akselerasi pembangunan di wilayah Gorontalo,” ujarnya.
Sebelumnya, Gobel melakukan empat kegiatan. Adapun tiga kegiatan lainnya adalah, pertama, sosialisasi tentang transaksi non-tunai bagi pedagang pasar. Acara yang berlangsung di Pasar Sentral, Kota Gorontalo itu, merupakan kerja sama antara Yayasan Cahaya Rakyat Gorontalo dan Bank Indonesia. Mereka menyosialisasikan fitur QRIS, Quick Response Code Indonesia Standard. “Untuk transaksi jual-beli tak perlu membawa uang tunai. Cukup dengan membuka aplikasi mobile banking lalu manfaatkan fitur QRIS,” katanya.
Kegiatan kedua adalah sosialisasi tentang bahaya investasi bodong. Acara ini diikuti para pelaku usaha dan masyarakat umum. Kegiatan ini merupakan kerja sama Yayasan Cahaya Rakyat Gorontalo dan Otoritas Jasa Keuangan. Sedangkan kegiatan ketiga adalah melakukan peninjauan ke Lembaga Pemasyarakatan Gorontalo. Gobel menyemangati para narapidana untuk bisa bangkit. “Tak ada orang yang ingin masuk ke sini. Itu pasti karena khilaf,” pungkas Gobel. (Pri)