PP Muhammadiyah-PAN Sepakat Mengikis Polarisasi di Indonesia
Haedar menuturkan bahwa keragaman sudah menjadi kultur Bangsa Indonesia yang pada akhirnya membentuk apa yang menjadi idiom, yakni “Bhinneka Tunggal Ika”.
“Namun, seiring dengan perkembangan politik nasional maupun isu bersifat global, di sana sini ada perbedaan dalam menyikapi keragaman dalam tubuh bangsa ini baik soal Palestina yang dulu tidak ada polarisasinya, kemudian persoalan-persoalan dalam negeri,” kata dia.
“Terlalu mahal harganya kalau bangsa ini pecah,” kata dia, dikutip dari antara.
Ia tidak ingin Bangsa Indonesia terjebak dalam polarisasi menuju pada konflik dan perbedaan yang membawa pada disintegrasi nasional seperti di Uni Soviet dan Yugoslavia yang hancur dan gulung tikar karena perpecahan yang sangat sering.
“Maka kami berkomitmen untuk terus merawat persatuan, kebersamaan, dan integrasi bangsa ini. Kuncinya adalah komunikasi, toleransi, semangat untuk mengembangkan potensi, sifat damai, dan ikhtiar membangun berbagai program yang bersifat lintas satu sama lain,” ujar Haedar.(qq)