Presiden Jokowi: Risiko Paling Gawat adalah Ketika Tidak Berani Ambil Risiko
JAKARTA,Harnasnews.Com – Ketidakpastian global di era teknologi dan globalisasi ini akan selalu ada. Di tengah ketidakpastian itu, zona aman maupun nyaman dinilai hanyalah sebuah ilusi. Saat dunia berubah, maka kita pun dituntut untuk turut berubah.
Demikian disampaikan Presiden Joko Widodo saat berbicara di hadapan pimpinan bank-bank nasional di Istana Negara pada Kamis, 15 Maret 2018.
Dunia bisnis penuh dengan risiko. Perbankan yang merupakan salah satu sektor bisnis juga memiliki risiko. Hal itu diakui sendiri oleh Kepala Negara.
“Kalau kita bicara perbankan dan sektor keuangan, mau tidak mau suatu saat kita harus berbicara mengenai risiko,” ujarnya.
Menurut Presiden, dari sekian banyak risiko yang ada, risiko terbesar yang harus dihadapi ialah keengganan banyak pihak untuk mengambil risiko. Hal itulah yang banyak ia lihat di tahun 2017 kemarin, salah satunya di sektor keuangan.
“Memang perbankan harus prudent dan hati-hati, ya saya setuju. Tapi kalau kita tidak berani mengambil risiko, selesai sudah kalau dalam bisnis. Pasti akan mati. Atau mungkin mati pelan-pelan, tapi tetap mati,” tuturnya.
Baik itu di bisnis maupun politik, risiko akan selalu ada. Namun menurutnya, bila kita berani mengambil risiko, maka akan selalu ada kesempatan dan kemungkinan.
“Yang namanya mengambil sebuah keputusan artinya mengambil sebuah risiko. Di bisnis dan politik, sama saja. Sebagai pimpinan, ambil sebuah risiko. Mengambil sebuah keputusan, artinya mengambil risiko. Kalau menghindari risiko, artinya menghindar mengambil keputusan,” ucap Kepala Negara.
Lebih lanjut, Presiden meminta dunia usaha khususnya perbankan untuk tidak selalu wait and see saat menghadapi ketidakpastian. Sebab, ketidakpastian dan perubahan akan selalu ada.
“Orang berkata wait and see. Tiap tahun kita wait and see terus karena memang berubah terus,” sambungnya.
Ia berpesan, di saat dunia berubah, kalau kita tidak mengikuti perubahan, kita akan mati perlahan. Apalagi perubahan sekarang dirasa begitu cepat. Perbankan pun dituntut untuk berubah dan berani menerjang risiko untuk meraih kesempatan yang ada.
“Dunia keuangan dan perbankan mengalami itu,” ucapnya.
Turut hadir mendampingi Presiden, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Darmin Nasution, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Sekreteris Negara Pratikno, Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko dan Ketua Dewan Komisioner OJK Wimboh Santoso, (Red/Kawa).