Sikap Santun Jokowi, Pemerintah Tidak Anti Kritik
JAKARTA,Harnasnews.Com – Perseteruan antara Luhut Binsar Panjaitan dengan Amin Rais ternyata mengundang perhatian bagi Presiden Joko Widodo (Jokowi). Dimana sebelumnya mantan Ketua Umum PAN itu sering memberikan kritikan terhadap pemerintahan yang di pimpin mantan gubernur DKI Jakarta tersebut.
Kontan saja, akibat pernyataan Amin yang dinilai menyudutkan pemerintahan Jomowi, menuai reaksi keras dari Menteti Koordinator bidang Kemaritiman, Luhut Binsar Panjaitan.
Bahkan, Luhut pun mengancam membongkar dosa-dosa masa lalu Amin yang juga mantan ketua umum Muhammadiyah.
Namun demikian, pernyataan tersebut berbeda dengan apa yang diungkapkan Presiden Jomowi. Bahkan, mantan Wali Kota Solo iti pun menegaskan kritik sangat penting bagi pemerintah. Sebab, belum tentu semua yang dijalankan pemerintah merupakan hal benar.
“Kalau (pemerintah) ada salah, silakan sampaikan dengan kritik,” kata Jokowi dalam Rapimnas II Partai Perindo di Plenarry Hall Jakarta Convention Center (JCC), Senayan, Jakarta, baru-baru ini.
Namun Jokowi mengingatkan bahwa kritik itu sifatnya berbeda dengan sikap mengolok-olok. Ia pun minta agar dibedakan kritik dengan mencela dan kritik dengan mencemooh. Makna ketiga kata itu berbeda.
“Kritik dengan nyinyir, itu beda lagi. Kritik dengan memfitnah apalagi, beda. Kritik dengan menjelekkan itu juga beda. Sekali lagi, kritik itu penting untuk memperbaiki kebijakan yang ada,” tutur Jokowi.
Menurut Jokowi, kritik yang disampaikan juga harus didukung dengan data yang akurat. Kritik tidak boleh asal bicara.
“Kritik harus berbasis data, kritik itu tidak ‘asbun’, asal bunyi, tidak asal bicara. Kritik itu maksudnya untuk mencari solusi, mencari kebijakan yang lebih baik,” sebutnya.
Secara khusus Jokowi menegaskan pemerintah tidak anti pada kritik. Tapi, harus dibedakan antara kritik dan mencela, apalagi yang nyinyir.
Jokowi mengatakan perbedaan pendapat atau pilihan dalam demokrasi merupakan hal yang biasa. Tetapi tetap harus menjunjung tinggi sopan santun dan adat ketimuran dalam menyikapi perbedaan tersebut.
“Perbedaan pendapat dan pilihan itu biasa. Sekali lagi, itu biasa. Tapi harus junjung tinggi sopan santun dan adat ketimuran. Tidak saling hujat dan menebar ujaran kebencian,” kata Jokowi
Lebih jauh Jokowi mengingatkan, masyarakat Indonesia harus menjunjung tinggi adat ketimuran khas Indonesia dalam menyampaikan kritik. Dia juga menekankan tentang pentingnya sikap jujur.
“Kita harus kembali ke akar budaya kita, budaya Timur, budaya Indonesia. Kejujuran adalah utama, yang ditopang oleh perilaku sopan dan santun, sesuai adat istiadat,” kata Presiden Joko Widodo. “Dan, berdialog merupakan cara terbaik untuk rakyat dan bangsa, yaitu dengan cara musyawarah,” ujarnya. (Wan/Grd)