JAKARTA, Harnasnews – Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri, geram menanggapi peristiwa penganiayaan relawan Ganjar Pranowo oleh aparat TNI di Boyolali, Jawa Tengah pada akhir tahun lalu.
Dimana dalam insiden itu, setidaknya enam relawan Ganjar jadi korban, bahkan hingga ada yang harus dirawat di rumah sakit karena luka berat akibat pukulan.
Peristiwa penganiayaan itu terjadi diduga lantaran relawan Ganjar melintasi Markas Kompi C Yonif Raider 408 di Boyolali, dengan menggeber kendaraan yang menggunakan knalpot brong.
Megawati pun mengingatkan bahwa TNI maupun Polri telah diikat dengan sumpah untuk berkomitmen melindungi rakyat. Namun yang terjadi di Boyolali, TNI justru memukuli rakyat.
“Yang salah itu siapa sih ketika kasus Boyolali. Sebenarnya apa yang ada dalam hati dan pikiran mereka. Kok enaknya rakyat dibegitukan,” kata Mega saat berpidato di HUT ke 51 PDIP di Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Rabu (10/1/2024).
Menurut Megawati, seharusnya aparat negara baik itu TNI maupun Polri mengayomi rakyat. Seperti ketika ada anak-anak muda relawan Ganjar-Mahfud yang bersenang-senang mengendarai motor dengan knalpot brong, aparat cukup dengan menegur bukan menganiaya relawan.
Karena aparat kata dia harus paham bahwa anak-anak muda memiliki semangat yang menggebu-gebu sehingga terkadang terlihat sok jagoan. Meski begitu, lanjut Mega, aparat seharusnya tidak serta merta boleh melakukan kekerasan kepada anak muda yang seharusnya justru dilindungi sebagai warga negara.
“Lah ini kok enak men ya sampai bonyok gitu dipukuli. Saya mikir kok gini, orang tuanya (aparat pelaku pemukulan) sopo. Kan rakyat juga. Eleng lo,” ucap Mega.
Mega juga kembali mengingatkan bahwa semua aparat TNI dan Polri digaji oleh rakyat. Yakni dari pajak yang dibayarkan oleh rakyat dari berbagai macam profesi.
Dia pun mengaku miris aparat yang digaji dengan uang rakyat tapi membabi buta memukuli rakyat yang mwnggaiinya.
“Rakyat kamu pentungi. Ha, penjajah baru boleh kamu tembak. Kalau rakyat, no, no, no. Kalian tahu lah siapa yang melakukan seperti itu di negara yang berdaulat ini, tidak boleh hanya sebagian yang merasa paling berkuasa,” imbuh Mega.