Surabaya,Harnasnews.com – Sebagai Kampus Nasionalis, Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya secara konsisten melestarikan budaya Indonesia. Senada dengan kebijakan Merdeka Belajar Kampus Merdeka, Untag Surabaya menerapkan Modul Nusantara sebagai upaya meningkatkan rasa nasionalisme pada mahasiswa.
Untag Surabaya menggelar kegiatan pertukaran budaya dengan tema ‘Melestarikan Baju Adat Indonesia’, peserta merupakan 27 mahasiswa Pertukaran Mahasiswa Merdeka (PMM) dari 5 pulau berbagai universitas di Indonesia yang mengenakan pakaian adat khas daerah masing-masing.Selasa,(4/1).
Tampil sebagai pembicara, Ketua Himpunan Ratna Busana Jawa Timur – Nuniek Silalahi, S.S., M.Pd. yang memaparkan bahwa Indonesia kaya akan budaya. “Tiap daerah punya kain khas, yang kadang tidak semua masyarakat mengenal jenisnya karena banyak sekali,” tutur Nuniek. Budayawan ini memaparkan bahwa pakaian adat di Indonesia diciptakan dengan memperhatikan dua hal penting.
“Busana diciptakan dengan pertimbangan situasi iklim dan adat istiadat setempat. Misalnya karena Indonesia negara tropis, jadi disesuaikan dengan iklim,” sebutnya.
Sebagai pelestari busana tradisional, Nuniek mengaku bersyukur karena dalam menciptakan pakaian adat, nenek moyang bangsa Indonesia tak hanya memperhatikan aspek keindahan saja. “Kesopanan dan keamanan dalam berbusana juga dipertimbangkan. Seperti saat memakai jarik ini, tak hanya indah namun juga sopan dan nyaman,” katanya.
Dengan kekayaan Indonesia, Nuniek mengajak para peserta untuk melestarikan budaya, salah satunya dengan mengenakan kain tradisional. “Sebisa mungkin pakailah wastra nusantara kain khas kita. Mulai dari sekarang melestarikan, ini tanggung jawab kita,” tegasnya.
Koordinator Modul Nusantara Untag Surabaya – Dheny Jatmiko, S.Hum., MA. menyebutkan bahwa seluruh peserta PMM wajib mengambil Modul Nusantara dan dalam kegiatan tersebut mengacu pada kebhinekaan, refleksi, kontribusi sosial dan inspirasi. “Kami hadirkan Bu Nuniek sebagai tokoh yang menginspirasi anak muda dalam pelestarian busana adat karena beliau concern dengan busana nasional,” jelasnya. Dia menuturkan bahwa seluruh peserta diminta untuk mempresentasikan pakaian adat masing-masing.
“Tujuannya (mempresentasikan baju adat) supaya membaur dan mengubah cara pandang bahwa perbedaan itu sebagai suatu kekayaan,” harapnya.
Eddy Wahyudi, SH, M.Si. yang juga salah satu penanggungjawab setuju bila kegiatan tersebut bertujuan melestarikan budaya.
“Tentunya luaran yang diharapkan adalah untuk menjaga identitas bangsa Indonesia. Harapan kami setelah mahasiswa PMM pulang akan mengenal Indonesia melalui adat istiadat dan menjadi tanggung jawab mereka untuk dilestarikan.
Misalnya dengan kreativitas fashion,” terangnya. Dia memaparkan bahwa Modul Nusantara tak hanya menyasar budaya. “Ada juga kontribusi sosial, nanti ada kegiatan di Kampung Dolly yang dibina Untag Surabaya melalui Bu Hasti,” tutup Eddy. [Hms/Pul]