
Selain itu juga bahwa tahun ini Kabupaten Sumbawa mendapat anggaran dari pusat untuk pembangunan jalan samota dengan nilai Rp 35 miliar dengan panjang kilo meter. Namun ditengah perjalan pembangunan jalan samota tersebut terhenti yakni pada segmen satu yang berlokasi di dusun aibari desa Kukin Kecamatan Moyo Utara Kabupaten Sumbawa. Karena masih adanya masalah tentang kawasan apakah masuk atau diluar kawasan hutan. Dan hingga saat ini agus salim terus memperjuangkan haknya lewat pengacara muda bernama Febrian Anindita,SH,MH. Baru – baru ini BPKH Wilayah VIII Denpasar turun untuk mencari titik lokasi apakah lahan agus salim masuk atau diluar kawasan. Dan hingga saat ini hasilnya masih ditunggu oleh pihak yang bersengketa.
Seperti pada berita sebelumnya bahwa Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) red wilayah VIII Denpasar pada jum,at lalu sudah melakukan pengecekan lapangan/pengukuran parsial batas kawasan hutan dikelompok olat cabe (RTK.78) wilayah Kabupaten Sumbawa.
Oleh karena itu atas pengukuran atau pengecekan tersebut Kabag Pertanahan Setda Sumbawa Khaeruddin dalam menanggapi hal tersebut mengatakan bahwa Pengukuran berdasar permohonan Pemkab Sumbawa ke- BPKH Denpasar.
“Kami menunggu surat hasil pengukurannya, bila tidak puas terhadap hasil penegasan batas, maka bisa dikonfirmasi ke BPKH Denpasar oleh yang berkeberatan,”ungkapnya kepada wartawan media ini (1/5).
Lanjutnya, apa bila jika masih kurang puas maka bisa menempu proses di pengadilan
“Jika pihaknya nanti tidak puasa terhadap apa yang sudah dilakukan oleh BPKH bisa mengambil proses pengadilan,”tandasnya.
Namun, Kabag berharap agar persoalan tersebut tidak perlu ke meja hijau.
“Dan kami sangat berharap tidak perlu sampai ke meja hijau. Karena, konsekwensi hukumnya cukup tidak menyenangkan bagi beberapa pihak (bukan pihak pemkab red),”tutupnya.
Seperti diketahui sebelumnya, Kuasa hukum Agus Salim Febrian Anindita,SH,MH usai pengecekan lapangan pada lahan tersebut kepada wartawan media ini mengatakan bahwa Pengecekan mustinya diselaraskan juga dengan dokumen- dokumen berita acara tata batas.
“Tidak hanya titik koordinat yang notabene tidak terbuka datanya,”ungkapnya(30/4)
Menurutnya kami melihat ini aneh, jika data versi BPN dalam kurun waktu 5 tahun terakhir tidak valid. Sehingga menimbulkan konflik saat ini,”tukasnya.
Tambahnya, harapan kami, BPKH juga harus terbuka terkait dasar titik. Dengan kata lain, SK menteri yang mana?apakah SK tahun 1992 atau SK IPPKH PT.ESA. dan Ini harus terbuka,”terangnya.
Terpisah Kepala Kantor Badan Pertanahan Nasional (BPN), Sumbawa Subhan mengatakan bahwa pada prinsipnya kami bpn menunggu hasil pengecekan lapangan yang di lakukan oleh BPKH Denpasar berupa Rekomendasi.
” Insya allah semoga yang terbaik,”singkatnya.
Seperti pada berita sebelumnya bahwa tim dari BPKH wilayah VIII denpasar sudah melakukan pengecekan terhadap lokasi tanah milik agus salim.
Dan pengecekan lokasi tersebut berdasarkan surat dari BPN Sumbawa dengan nomor IP.01.02/KL3/2021 tanggal 22 februari perihal klarifikasi dan penegasan kawasan hutan.
Dari surat BPN sumbawa tersebut ada tiga point yang dijawab oleh BPKH wilayah VIII denpasar tersebut tentang lahan milik agus salim antara lain:
1. Kelompok Huta Olat Cabe RTK. 75 yang berbatasan dengan lahan an agus salim belum pernah dilaksanakan kegiatan rekonstruksi batas sehingga pal batas kawasan hutan belum berkoordinat geografis.
2. Berdasarkan koordinat hasil pengukuran lapangan yang diberikan, setelah dipetakan ditumpangsusunkan dan ditelaah dengan peta kawasan hutan produksi tetap kelompok hutan olat cabe (RTK.75), lahan an agus salim belum dapat dipastikan apakah lahan/bidanv tanah tersebut berada didalam atau diluar kawasan hutan.
3. Untuk memastikan lahan tersebut berada didalam atau diluar kawasan, diperlukan pengukuran koordinat pal batas kawasan hutan yang berbatasan dengan lahan tersebut. (Hermansyah)