Tingkatkan Produktifitas, APTR Dorong Impor Gula Sesuai Kebutuhan
KEDIRI,Harnasnews.com – Mengantisipasi kebutuhan gula menjelang Ramadhan dan Idul Fitri yang dipastikan meningkat besar dibanding dengan hari-hari biasa, Jalan Media Commuicator (JMC) memfasilitasi berbagai stkaeholder terkait gula dan tebu yang berada di Provinsi Jawa Timur dalam diskusi bersama di Hotel Bukit Daun Kediri, Selasa (09/04/19).
Diskusi yang menghadirkan Sumitro Ketua Umum andalan Petani Tebu Rakyat Indonesia, Perwakilan Divre Bulog Jatim, Dinas Perindustria dan Perdagangan Jawa Timur, Dinas perkebunan Jawa Timur serta para petani dan awak media tersebut bertujuan untuk mencari titik temu bagaimana kebutuhan Gula nasional dengan tidak meninggalkan kesejahteraan petani tebu, Hal ini disampaikan Muhadjir Direktur JMC saat mendampingi diskusi tersebut.
“JMC ini terbentuk atas wartawan-wartawan ekonomi di jakarta yang peduli dengan kondisi perekonomian di Indonesia, salah satu kepedulian kita dengan menggelar diskusi Meningkatkan Produktivitas Gula Jelang Ramadlan,” ungkap Muhadjir membuka diskusi.
Dalam diskusi tersebut, Ketua Umum APTRI Sumitro mendukung pemerintah Republik Indonesia untuk memenuhi kebutuhan gula secara nasional dengan mengimpor Gula Rafinasi, tetapi impor gula rafinasi tersebut harus disesuaikan dengan kondisi di lapangan terkait kesediaan gula lokal yang masih memadahi atau tidak untuk menutup kebutuhan gula nasional.
Menurut sumitro, kalau keberadaan gula lokasl masih cukup sementara pemerintah RI tetap memaksa mengimpor gula lokal, maka yang tertekan adalah petani tebu di Indonesia. Gula Impor yang beredar di pasaran telah melebihi dari kebutuhan konsumsi warga masyarakat, Saat ini kebutuhan gula untuk Tanah Air, sekitar 2,8 juta ton sedangkan produksi gula yang dihasilkan oleh petani sekitar 2,2 juta ton. Sementara pemerintah melakukan impor gula sebesar 3,6 juta ton.
“Produksi gula sebesar 2,2 juta ton harus memenuhi kebutuhan konsumsi gula sebesar 2,8 juta ton berarti kita kurang sekitar 600 ribu ton. Tapi untuk menutupi kekurangan yang 600 ribu ton pemerintah malah impor gula sebanyak 3,6 juta ton. berarti stok gula jadi berlebih sebanyak 3 juta ton,” kata Soemitro saat diskusi.
Gula Lokal yang diproduksi petani tanah air saat ini tergerus dengan keberadaan 3 juta ton gula impor yang berlebih dijual ke pasar tradisional dengan harga murah. APTRI sebenarnya tidak mempermasalahkan dengan adanya gula impor, Namun harus disesuaikan dengan kebutuhan konsumsi gula nasional.
“Kebutuhan gula kita secara nasional sebanyak 2,8 juta ton, tapi petani tebu kita hanya bisa sekitar 2,2 juta jadi kekurangannya sekitar 600 ribu ton, seharusnya gula yang diimpor pemerintah ya 600 ribu ton saja, jangan sampai 3,6 juta ton,” pungkas Soemitro.
Menanggapi keluhan petani tebu yang disampaikan ketua Umum APTRI, Yahya pejabat perwakilan Dinas Perkebunan Jawa Timur menyampaikan bahwa urusan keutusan impor gula bukan ranah wewenang dari dinasnya. Pihak dinas perkebunan hanya berwenang mengatur kebutuhan lahan tebut dan bagaimana meningkatkan produktivitas tebu yang memberikan dampak bagaimana kebutuhan gula terpenuhi.
“Kalau ada kekurangan suplai tebut untuk memenuhi kebutuhan produksi gula, maka dari dinas kami yang akan mengupayakan bagaimana produksi tebu bisa mencukupi dengan menambah lahan baru untuk penanaman tebu”, terang Yahya usai diskusi yang digelar JMC tersebut.
Terkait dengan keluhan petani, Yahya yang kebutulan mewakili kepala Dinas Perkebunan Jatim yang tidak bisa hadir menyampaikan bahwa pihaknya akan meneruskan menyampaikan kepada atasan yang kemudian akan disampaikan pula ke pihak yang memiliki wewenang terkait impor gula.(Har/Red)