Dalam situasi “blind” sebelum hilang kontak, Agung menyebut sempat terdengar bunyi ELT (emergency locator transmitter) dari satu pesawat, kemudian bunyi yang sama terdengar dari pesawat yang lain.
Walaupun demikian, TNI AU saat ini masih menunggu penyelidikan dari Pusat Kelaikan dan Keselamatan Terbang Kerja TNI AU (Puslaiklambangjaau).
Dua pesawat yang jatuh itu mengangkut empat kru, yang seluruhnya gugur dalam tugas.
Letkol Pnb Sandhra “Chevron” Gunawan (Komandan Skadron Udara 21) saat itu bertugas menerbangkan pesawat dengan nomor registrasi TT-3111, dan di kursi penumpang ada Kolonel Adm Widiono Hadiwijaya (Kepala Dinas Personel Lanud Abdulrachman Saleh).
Setelah itu, pesawat dengan nomor registrasi TT-3103 diterbangkan oleh Mayor Pnb Yuda A. Seta (Kepala Ruang Operasi Lanud Abdulrachman Saleh) dan di kursi penumpang ada Kolonel Pnb Subhan (Danwing Udara 2 Lanud Abdulrachman Saleh).
Seluruh awak penumpang gugur dalam tugas, dan jasad mereka berhasil ditemukan, Kamis.
Prosesi pemakaman terhadap para prajurit AU itu berlangsung pada hari Jumat (17/11). Para prajurit itu, yang menerima kenaikan pangkat satu tingkat (anumerta), dimakamkan di Malang dan Madiun.
Tiga prajurit yang dimakamkan di TMP Suropati, Malang, Jawa Timur, Jumat, ialah Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Subhan, Marsekal Pertama TNI (Anumerta) Widiono Hadiwijaya dan Kolonel Penerbang (Anumerta) Sandhra Gunawan.
Sementara Letkol Pnb (Anumerta) Yuda A. Seta dimakamkan di TMP Madiun, Jawa Timur, Jumat. (sls)