
MAGELANG, Harnasnews – Akademi Militer (Akmil) Magelang kembali menjadi sorotan nasional dengan pelaksanaan retret kepemimpinan yang diikuti sejumlah kepala daerah. Sorotan utama tertuju pada kehadiran empat mantan Panglima Gerakan Aceh Merdeka (GAM) yang kini bertransformasi menjadi pemimpin daerah, yaitu Muzakir Manaf, Muharram Idris, Sarjani Abdullah, dan Ismail A. Jalil.
Kegiatan retret ini menjadi momen penting bagi para kepala daerah untuk memperkuat karakter kepemimpinan dan wawasan kebangsaan. Kapolresta Magelang, Kombes Herbin Garbawiyata Jaya Sianipar, menyampaikan bahwa panitia telah memberikan waktu khusus bagi peserta untuk mempersiapkan kebutuhan sebelum memasuki lokasi.
“Mulai dari hari ini hingga besok, panitia telah memberikan kesempatan bagi peserta untuk mempersiapkan koper dan perlengkapan sebelum retret dimulai,” ujar Herbin saat apel gelar pasukan di Alun-alun Kota Magelang, Kamis (20/2/2025).
Ajudan atau Liaison Officer (LO) setiap kepala daerah bekerja sama dengan panitia guna memastikan seluruh kebutuhan harian peserta telah dipenuhi sebelum kegiatan berlangsung.
Empat Mantan Panglima GAM yang Kini Menjadi Kepala Daerah
Kehadiran keempat tokoh ini menjadi simbol transformasi besar dari medan pertempuran menuju panggung pemerintahan, membangun masa depan Aceh melalui kepemimpinan yang berlandaskan pengalaman, dedikasi, dan semangat rekonsiliasi.
1. Muzakir Manaf – Gubernur Aceh 2025–2030
Dikenal dengan panggilan Mualem, Muzakir Manaf merupakan mantan Panglima GAM yang kini menjabat sebagai Gubernur Aceh. Ia memiliki latar belakang militer yang kuat, pernah menempuh pelatihan di Libya pada 1986 dan menjadi pengawal pribadi pemimpin Libya, Muammar Khadafi.
Setelah wafatnya Abdullah Syafi’i pada 2002, Mualem memimpin gerilyawan GAM hingga terwujudnya Perjanjian Helsinki. Terpilih dalam Pilkada 2024, ia resmi dilantik sebagai Gubernur Aceh pada 12 Februari 2025, dengan misi membangun Aceh yang lebih damai dan sejahtera.
2. Muharram Idris – Bupati Aceh Besar 2025–2030
Sosok yang akrab disapa Syech Muharram ini adalah mantan Panglima GAM Wilayah Aceh Rayeuk. Dikenal sebagai pelatih militer handal dan komandan operasi di wilayahnya, Muharram Idris memiliki pengalaman panjang dalam memimpin.
Menjabat sebagai Ketua Komite Peralihan Aceh (KPA) Wilayah Aceh Rayeuk sejak 2005, ia terpilih sebagai Bupati Aceh Besar bersama wakilnya, Syukuri A. Jalil, dan resmi dilantik pada 13 Februari 2025.
3. Sarjani Abdullah – Bupati Pidie 2025–2030
Sarjani Abdullah, atau Awan, merupakan mantan Panglima GAM Wilayah Pidie yang kini menjabat sebagai Bupati Pidie untuk kedua kalinya. Sebelumnya, ia pernah memegang posisi ini pada periode 2012–2017.
Pengalaman memimpin operasi militer di wilayah Pidie antara 1998 hingga 2005 menjadikan Sarjani figur kuat di pemerintahan lokal. Melalui Partai Aceh, ia kembali memenangkan Pilkada 2024 dan dilantik pada 18 Februari 2025.
4. Ismail A. Jalil – Bupati Aceh Utara 2025–2030
Dikenal dengan sapaan Ayah Wa, Ismail A. Jalil merupakan mantan Komandan Operasi Daerah IV GAM Wilayah Pase. Bergabung dalam gerakan GAM sejak 1996, ia dikenal sebagai pemimpin yang tegas dan berpengaruh di Aceh Utara.
Dalam Pilkada Aceh Utara 2024, Ismail meraih kemenangan mutlak dengan perolehan suara mencapai 97%, mengalahkan kotak kosong. Ia dilantik pada 17 Februari 2025 bersama wakilnya, Tarmizi (Panyang).
Retret Akmil: Memperkuat Karakter dan Sinergi Pemerintahan
Retret di Akmil Magelang bukan sekadar acara seremonial, melainkan program pengembangan kepemimpinan yang dirancang untuk memperkuat wawasan kebangsaan dan membangun sinergi antara pemerintah daerah dan TNI.
Akmil Magelang memiliki sejarah panjang yang dimulai dari pendirian Militaire Academie di Yogyakarta pada 1945, yang kemudian berkembang menjadi Akademi Militer Nasional (AMN) pada 1957. Kini, Akmil menjadi pusat pendidikan perwira TNI AD, tempat para pemimpin masa depan bangsa ditempa.
Dari Medan Perang ke Kursi Kepemimpinan: Sebuah Perjalanan Rekonsiliasi
Kehadiran empat mantan Panglima GAM ini mencerminkan perjalanan luar biasa dari konflik menuju perdamaian. Mereka membawa pengalaman panjang, baik di medan perang maupun dalam diplomasi, untuk membangun masa depan Aceh yang lebih baik.
Retret ini menjadi momen refleksi penting bagi mereka untuk memperkuat komitmen terhadap pembangunan daerah, serta membangun sinergi yang lebih erat dengan pemerintah pusat dan TNI demi menciptakan Indonesia yang damai dan berdaya saing. (Zulmalik)