‘’Politik identitas bisa membelah masyarakat dalam waktu yang lama. Yang memperhadapkan pemerintah dengan masyarakat, atau masyarakat dengan masyarakat lain yang merasa saling berbeda,” katanya dalam keterangan tertulis di Jakarta, Rabu.
Hal itu disampaikan Basarah dalam diskusi pubik bertajuk, problematika politik identitas jelang Pemilu 2024, di Universitas Muhammadiyah Jakarta (UMJ), Rabu.
Kata dia, politik identitas adalah bagian dari strategi politik itu sendiri yang fokus mencari perbedaan di tengah masyarakat, lalu memanfaatkan primordialisme masyarakat untuk menarik simpati politik.
Dia mencontohkan pada Pemilu 2019, ketika narasi Partai Allah versus Partai Setan mudah ditemukan, atau pemilihan presiden 2019 disamakan dengan perang badar di zaman Rasulullah SAW.
‘’Ini tentu tidak benar, sebab Perang Badar adalah pertempuran antara umat Islam melawan kaum musyrik penyembah berhala, padahal masyarakat Indonesia tak ada yang menyembah berhala, malah mayoritas masyarakat adalah Muslim,’’ katanya menegaskan.