Jakarta,Harnasnews.com – Insiden matinya listrik di Jakarta dan Jawa Barat pada Minggu siang sampai senen malam (04/08/2019) merupakan tragedi ketidaksiapan pemerintah dalam membangun infrastruktur kelistrikan, buktinya layanan publik seperti MRT,KRL ,ATM, layanan internet dan layanan publik lainnya lumpuh dalam waktu 18 jam lebih, kejadian ini sangat parah sejak kejadian tahun 2005.
Menurut Pengamat Infrastruktur Indonesia dan pembina LPKAN (Lembaga Pengawas Kinerja Aparatur Negara) Wibisono menyatakan di media rabu (7/8/2019) di jakarta, ” gangguan seperti ini merupakan risiko dari sistem interkoneksi yang digunakan PLN.
Jalur transmisi itu seperti jalan tol, dia yang mengangkut listrik. Karena terjadi gangguan maka aliran daya dari timur ke barat mengalami gangguan juga, ini juga karena dampak dari pembangunan Infrastruktur yang tidak diimbangi sarana listrik yang memadai “, ungkapnya
Karena ada gangguan, secara otomatis pembangkit-pembangkit itu mengalami trip sehingga pasokan daya berkurang, gangguan seperti ini tidak bisa diselesaikan dengan cepat. “Karena selain PLN harus membenahi atau memperbaiki jaringan transmisi yang tadi rusak, mereka juga harus secara bertahap menyalakan pembangkit-pembangkit yang trip itu.” Paparnya
Mati listrik se-Jawa ini juga mengakibatkan empat rangkaian kereta MRT Jakarta terhenti di stasiun bawah tanah. Pihak MRT melakukan evakuasi kepada para penumpang,” ini kan konyol, MRT tidak pake listrik cadangan (Genset), sangat memalukan”, tandas Wibi.
Wibisono juga menyesalkan adanya ketidaknyamanan dari masyarakat akibat padamnya listrik di sejumlah daerah Jabodetabek minggu hingga senen kemarin. Pemerintah tak boleh acuh akibat kerugian yang dialami oleh masyarakat baik di usaha mikro atau makro.
“Permerintah harus bentuk tim investigasi independen yang mengaudit kinerja PLN atas tragedi ini”, imbuhnya
Sementara itu Sejumlah media asing menyoroti pemadaman listrik yang terjadi di Jakarta dan sekitarnya. Pemadaman listrik terjadi di seluruh wilayah Jabodetabek sejak Minggu pagi.
Kantor berita Inggris, Reuters dalam laporanya menulis “Indonesia capital, neighbouring provinces in Java hit by major power blackout” atau Ibu Kota Indonesia dan wilayah sekitarnya dihantam pemadam listrik.
Media asal Singapura, Channel News Asia juga turut menyoroti insiden pemadaman listrik skala besar ini, dengan mengangkat judul yang hampir sama dengan Reuters.
Sementara itu, media asal Rusia, Sputnik, mengangkat judul “Tens of Millions Affected as Massive Electricity Outage Hits Indonesian Capital Jakarta” dalam laporanya mengenai pemadaman ini,” ini sangat memalukan”, kata Wibi.
Wibi menambahkan kejadian ini banyak ditemukan kejanggalan, pertanyaannya apakah karena human error?, Atau sistem dalam operasi di Ungaran itu dilakukan serangan hacking?. Tanya wibi
Kejanggalan itu muncul lantaran gangguan tak hanya terjadi di transmisi Ungaran-Pemalang, tapi juga di pembangkitnya yaitu PLTU Suralaya. Dua kejadian simultan dan serentak ini, ini sulit dijelaskan jika kejadiaan disebut kebetulan.
Sementara itu Ridlwan (Koordinator eksekutif The Indonesia Intelligence Institute), sebuah lembaga kajian analisis risiko, ini menjelaskan, jika gangguan ini adalah hacking, serangan itu bisa dilakukan dengan berbagai macam cara. Hacker bisa meretas sistem operasi aplikasi PLN, seperti aplikasi pengatur suhu, pengatur tekanan, hingga aplikasi perpindahan jaringan sehingga dapat mengganggu sirkuit.
Ridlwan mencontohkan seorang hacker Rusia yang meretas sistem Amerika Serikat. Para hacker melakukan hacking ke pejabat atau petugas transmisi listrik dan dapat masuk ke email, telepon genggam, sehingga perangkat digital terkuasai oleh hacker.
“Kemudian mendapatkan pola kerja, interaksi, bagaimana seseorang berhubungan dengan yang lain. Dari situ mendapatkan akses untuk membuka sistem yang memakai kunci, password, username yang khusus sehingga dia masuknya nyerang lewat personelnya,” kata alumni kajian strategi intelijen Universitas Indonesia ini.
Menurut Ridlwan, PLN harus segera melakukan investigasi untuk mencari penyebabnya, khususnya mewaspadai kemungkinan adanya serangan siber terorisme di infrastruktur listrik.
“Jika ini serangan, Indonesia sangat vulnerable. Semoga saja ini hanya human error, tapi saya enggak yakin human error,” pungkasnya.(Adi.S)